Hikmah dan Keutamaan Membaca Istiadzah

Hikmah dan Keutamaan Membaca Istiadzah

Berikut ini 6 keutamaan membaca istiadzah yang dijelaskan oleh imam Ibnu Qayyim :1. Alqur'an ialah obat (syifa) untuk beberapa penyakit hati. 2. ...

Konten [Tampil]

Hikmah dan Keutamaan Membaca Istiadzah

hikmah-dan-keutamaan-membaca-istiadzah


Apa hikmah dan keutamaan membaca istiadzah ? Di artikel hukum membaca basmalah dan istiadzah telah dibahas bahwa Allah SWT berfirman :

Hukum Membaca Basmalah dan Istiadzah
"Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur'an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk" (QS An Nahl ayat 98)

Di artikel ini akan dibahas keutamaan membaca istiadzah yang merupakah salah satu hikmah dari keluarnya surat an Nahl ayat 98 diatas.

Keutamaan Membaca Istiadzah

Berikut ini 6 keutamaan membaca istiadzah yang dijelaskan oleh imam Ibnu Qayyim :

1. Alqur'an ialah obat (syifa) untuk beberapa penyakit hati.


2.. Syaithon dibuat dari api yang dapat membakar apa


3. Malaikat senantiasa mendekati orang-orang yang sedang membaca Al Qur'an dan mendengarkan bacaan Quran tersebut


4. Allah SWT sudah memberitahu dan menerangkan jika syaithon adalah musuh yang nyata bagi manusia. Setan dan bala tentaranya akan terus berusaha untuk mengalihkan manusia dari mengingat Allah dan membisikkan godaan untuk melakukan maksiat.


5. Allah SWT sangat bersemangat mendengarkan bacaan Qur'an dari seorang muslim


6. Setan tidak akan ridha manusia melakukan amal shaleh, oleh karena itu dia akan mencegah siapapun untuk melakukannya.


Keterangan dari point-point diatas adalah :

Imam Ibnul Qoyyim menerangkan banyak hal kenapa Allah SWT menyarankan ke tiap pembaca Alqur'an supaya membaca isti'adzah, seperti berikut ini:

1. Alqur'an ialah obat untuk beberapa penyakit hati.

Allah berfirman dalam Alqur'an, surat Yunus (10) ayat 57:

al quran adalah obat untuk penyakit hati
"Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al Quran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman" 

Karena itu, saat Allah memerintah ke kita supaya meminta pelindungan, tujuannya ialah supaya Alqur'an betul-betul kita fungsikan sebagai syifa' (obat) untuk beberapa penyakit yang berada di dalam dada tanpa dikuasai oleh syaithon. Karena bila tidak, ada peluang Alqur'an tak lagi jadi obat yang manjur yang bisa mengobati.


2. Syaithon dibuat dari api yang dapat membakar apa. Dan Alqur'an ialah dzat yang bisa bawa hidayah, pengetahuan dan siraman untuk hati. Karena itu Allah SWT memerintah ber-isti'adzah supaya syaithon tidak sanggup membakar. Isti'adzah berperan sebagai peredam.


3. Sebenarnya malaikat selalu dekati pembaca Alqur'an dan mendengarkannya, seperti sempat terjadi pada Usaid bin Hudhair, saat membaca Alqur'an, dia menyaksikan ada seperti awan yang ada beberapa lampu, dan awan itu bergerak dekatinya. Saat hal tersebut ditanya ke Rasulullah SAW, Rasulullah SAW menerangkan jika itu ialah malaikat. Oleh karenanya, Allah SWT memerintah ber-isti'adzah supaya kita terbebas dari kedatangan syaithon dan sekalian berharap supaya selalu didatangi malaikat.


4. Allah SWT menerangkan jika syaithon dan bala tentaranya selalu usaha mengalihkan manusia dari ingat Allah. Saat seorang membaca Alqur'an, syaithon terus mengusiknya dan menghindarinya dari mentadabburi Alqur'an.


Mengenai hal tersebut, Allah berfirman dalam Alqur'an, surat Al-Isro' (17) ayat 64:

setan musuh nyata manusia

"Dan perdayalah siapa saja diantara mereka yang engkau (iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkudan dan berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka. "Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka."


5. Dalam suatu hadits diterangkan jika Allah SWT benar-benar semangat dengarkan bacaan Alqur'an dari hamba-hamba-Nya.


Rasulullah SAW bersabda:


"Sebenarnya Allah SWT lebih semangat dengarkan seorang yang baik bacaan Alqur'annya melewati (semangat) seorang yang cinta nyanyian saat dia menyanyi."


Syaithon benar-benar sukai dengarkan alunan musik yang membuai. Karena itu, dengan ber-isti'adzah, insya Allah bisa menghindari pembacanya dari kedatangan syaithon, tapi kebalikannya, menginginkan kedatangan Allah SWT.


6. Syaithon memiliki karakter ingin menahan siapa yang ingin beramal shaleh, terhitung pada orang yang ingin/sedang membaca Alqur'an. Bahkan juga Nabi juga pernah dirayu olehnya. Nabi SAW pernah bersabda:


"Sebenarnya syaithon semalam memikatku dan akan menggagalkan shalatku."


Oleh karenanya, makin besar nilai yang kita lakukan makin besar juga usaha syaithon untuk menghindarinya. Isti'adzah dibacakan bermaksud agar terbebas dari bujukan syaithon.


Istiadzah: Sebuah Awal yang Membentengi Diri

Sebelum seseorang memulai perjalanan, ia pasti akan mempersiapkan bekal. Sebelum seseorang berperang, ia pasti akan mengenakan perisai. Maka begitu pula ketika kita hendak membaca Al-Qur’an—kitab suci yang mengandung cahaya dan petunjuk—kita disuruh untuk membaca isti’adzah. Bukan karena Al-Qur’an itu tidak suci, tapi karena diri kitalah yang penuh kekurangan dan rentan dari bisikan setan. Maka bacaan “A’udzu billahi minasy-syaithonir rajiim” adalah tameng pertama dalam perjalanan spiritual kita.

Jangan anggap remeh kalimat ini. Ia pendek, tapi sarat makna. Ia tenang, tapi membentengi jiwa. Dalam manfaat membaca isti’adzah sebelum membaca Al-Qur’an, kita belajar bahwa melindungi diri dari gangguan setan bukan hanya soal ritual, tapi soal kesadaran spiritual yang sangat dalam.


Bukan Hanya Lisan, Tapi Kesadaran Jiwa

Membaca isti’adzah bukan hanya perkara lisan. Ia harus tumbuh dari kesadaran. Saat lidah melafalkannya, hati harus benar-benar menyadari bahwa kita ini lemah—mudah lengah, mudah tergoda, mudah terjebak dalam bisikan halus setan yang menyelinap tanpa suara. Keutamaan isti’adzah sebelum membaca Al-Qur’an bukan hanya menjauhkan kita dari gangguan luar, tapi juga membersihkan ruang hati agar lebih siap menerima cahaya wahyu.

Kalau kita membaca Al-Qur’an tanpa isti’adzah, ibarat kita membuka pintu rumah tanpa memeriksa siapa saja yang bisa ikut masuk dari belakang. Maka tak heran, bila seseorang membaca Al-Qur’an tapi tidak merasa tersentuh, tidak merasa dekat dengan Allah, justru makin gelisah, makin bingung. Bisa jadi, ia lupa membentengi awalnya.


Isti’adzah dan Energi Spiritual yang Mengubah Hati

Ada satu keistimewaan ketika seseorang membaca isti’adzah dengan penuh kesungguhan: hati menjadi lebih tenang dan siap menerima hidayah. Setan yang semula menggoda agar kita malas membuka mushaf, tiba-tiba kehilangan daya tariknya. Bacaan yang semula berat menjadi terasa ringan. Inilah hikmah membaca isti’adzah menurut para ulama—ia bukan hanya melindungi, tapi juga membuka pintu ketenangan.

Bacaan Al-Qur’an tanpa gangguan adalah nikmat yang luar biasa. Kadang kita lupa bahwa setan tidak hanya hadir dalam bentuk bisikan yang besar. Ia hadir dalam rasa bosan, ngantuk, bahkan dalam lintasan pikiran yang membuat kita tidak fokus. Isti’adzah membantu kita memusatkan hati.


Kesimpulan: Membaca Al-Qur’an Dimulai dengan Rendah Hati

Betapa indahnya ajaran Islam. Kita tidak diminta langsung melompat ke bacaan ayat-ayat suci, tapi diminta memulai dengan sebuah pengakuan bahwa kita butuh perlindungan. Bahwa setiap kebaikan pasti diuji, dan setiap langkah menuju Allah pasti digoda oleh musuh abadi manusia: setan.

Maka bila hari ini kita ingin membaca Al-Qur’an, mulailah dengan rendah hati. Ucapkan isti’adzah dengan penghayatan. Karena barangkali justru dari kalimat itulah Allah membuka pintu keberkahan dalam bacaan kita.

“A’udzu billahi minasy-syaithonir rajiim.”
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.
Bukan hanya ucapan… tapi harapan, agar hatiku tetap bersih saat menyentuh ayat-ayat-Nya.

LihatTutupKomentar