Hukum Mim Mati Beserta Contohnya
Sekarang kita belajar tentang hukum mim mati beserta contohnya supaya lebih jelas dan mudah. Hukum nun mati dan tanwin terbagi menjadi 4, yaitu ikhfa, idzhar, idgham, dan iqlab. Nah, kalau hukum mim mati ada berapa ?
![]() |
Hukum mim mati |
Hukum Mim Mati Beserta Contohnya
Kalau ada mim mati (mim sakinah), maka hukum bacaannya terbagi menjadi 3, yaitu ikhfa syafawi, izhar syafawi, dan idgham mitslain. Apa saya perbedaannya ? Yuk kita bahas satu persatu !
1. Ikhfa Syafawi
Disebut ikhfa syafawi apabila terdapat mim sukun bertemu dengan huruf ba. Cara membacanya, huruf mim dibaca samar atau tidak jelas. Sama seperti di hukum ikfha. Bedanya, kalau di ikhfa, yang menjadi patokan adalah nun mati atau tanwin. Nah, kalau disini yang menjadi patokan adalah mim mati. Dan cara pengucapannya disertai ghunnah, atau ditahan.
Contoh ikhfa syafawi
Kalimat yang pertama dibaca Wamahum..biroorijiin. Ketika dengung hum, suaranya tidak jelas atau tidak m sempurna karena bibir sudah di huruf ba. Ini kenapa disebut ikhfa.
Kalimat yang kedua dibaca taqiikum..ba'sakum. Ini juga sama, ketika kum dibaca dengan dengung dan bibir sudah siap mengucapkan huruf ba.
2. Idgham Mitslain
Jika terdapat mim sukun bertemu dengan mim maka hukum bacaannya adalah idgham mitslain atau idgham mimi. Cara membaca hukum idgham mitslain sama seperti mim bertasydid yang disertai ghunnah, atau ditahan. Jadi dari segi bunyi, dia ngga berubah, tetap mim. Ingat ya, dibacanya dengan ghunnah.
Contoh idgham mimi
Kalimat pertama dibaca mitslahum..ma'ahum. Dibaca dengan ghunnah atau ditahan dan tidak tergesa-gesa.
Kalimat kedua dibaca Ajrohum..marrotaini. Ini juga sama ya, hati-hati dibacanya dengan ghunnah.
3. Idzhar Syafawi
Nah, kalau hukum idzhar syafawi berlaku ketika mim mati mati bertemu dengan huruf selain ikhfa syafawi dan idgham mitslain. Jadi hukum ini berlaku ketika mim bertemu selain mim dan ba.
Cara pengucapan idzhar syafawi, huruf mim harus dibaca jelas dan tanpa ghunnah. Apalagi ketika bertemu dengan huruf fa' dan wawu yang memiliki makhraj yang berdekatan atau sama.
Contoh bacaan izhar syafawi
Kalimat pertama dibaca Fii amwalihim haqqun. Ketika hum dibaca jelas m dan tanpa ghunnah.
Kalimat kedua dibaca Am ja'alu. Hati-hati, ketika menyebutkan am itu harus jelas. Dan biasanya banyak yang salah dalam pengucapakan kata ini karena disertai ghunnah. Seharusnya tanpa ghunnah atau tidak ditahan. Jadi dibaca langsung dan mengalir, tidak ada yang tertahan.
Mim Mati, Ilmu Kecil yang Mengubah Cara Kita Membaca
Seringkali kita merasa sudah cukup ketika bisa membaca Al-Qur’an tanpa tergagap. Tapi sejatinya, memahami hukum mim mati mengajarkan kita satu hal penting: kesungguhan dalam membaca dengan benar. Ada rasa hormat yang dalam ketika seseorang berhenti sejenak hanya untuk memastikan, “Ini mim mati bertemu apa, ya?” Seolah dia sedang berkata: “Aku ingin membaca ini sebaik mungkin, ya Allah.” Dan di situlah letak nilai tajwid—bukan sekadar hukum, tapi cermin kesungguhan.
Mengapa Harus Belajar Hukum Mim Mati?
Karena dari sinilah kita belajar ketelitian. Saat mim sukun bertemu ba, lalu harus dibaca samar (ikhfa syafawi), kita sedang belajar untuk tidak tergesa-gesa. Saat mim bertemu mim, dan harus dibaca dengan dengung (idgham mimi), kita belajar untuk tidak asal bunyi. Bahkan saat bertemu huruf lain, dan harus dibaca jelas (idzhar syafawi), kita sedang berlatih membedakan antara sekadar membaca dan membaca dengan ilmu.
Kesalahan Umum dalam Membaca Mim Mati
Banyak yang terjebak pada kebiasaan. Ketika melihat kata seperti fii amwaalihim haqqun, tidak sadar bahwa -him itu harus dibaca jelas tanpa ghunnah. Atau saat membaca kum ba’sakum, sering kali terlalu cepat hingga bacaan mim tidak terdengar sama sekali. Maka penting bagi kita untuk melatih telinga dan mulut agar peka terhadap perubahan bunyi. Bukan untuk jadi sempurna, tapi agar terus bertumbuh dalam belajar.
Belajar Tajwid Itu Bertahap, Jangan Bandingkan Prosesmu dengan Orang Lain
Setiap orang punya titik berangkat yang berbeda. Ada yang baru tahu istilah ikhfa syafawi di usia 30-an, ada yang belajar idgham mimi saat sudah jadi orang tua. Tidak ada kata terlambat. Yang penting kita terus berusaha. Karena Al-Qur’an bukan untuk diperlombakan siapa yang paling cepat lancar, tapi siapa yang paling sabar memperbaiki diri—satu hukum, satu ayat, satu huruf sekalipun.
Ikuti terus blog Fun Qur'an untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan membaca Al Qur'an.
Baca juga :
3. Keutamaan bagi yang belajar tajwid