Salah satu waqaf yang perlu dipelajari dalam membaca Al Qur’an adalah waqaf mim atau lebih dikenal dengan waqaf lazim. Lalu, apa itu waqaf mim/ waqaf lazim? Kemudian contoh waqaf mim ini ada di surat apa saja?
Waqaf Mim (Waqaf Lazim)
Waqaf lazim secara bahasa terdiri dari 2 kata, yaitu waqaf dan lazim. Waqaf berarti berhenti atau menghentikan bacaan, sedangkan lazim artinya harus. Sedangkan secara istilah waqaf lazim artinya harus menghentikan bacaan dan memulai kembali setelah simbol waqafnya.
Di kitab al Mufid fi Ilm at Tajwid, disebutkan kalau waqaf mim atau waqaf lazim adalah bagian dari waqaf tam. Yaitu waqaf yang berhenti di kata/ kalimat yang sempurna dan tidak ada hubungan dengan kata/ kalimat yang ada didepannya. Sempurna baik dari segi makna maupun kata.
Nama lain dari waqaf lazim adalah waqaf wajib. Waqaf ini ditandai atau diberi simbol huruf mim kecil. Oleh karena itu ada juga yang menyebut waqaf ini dengan nama waqaf mim.
Fungsi Waqaf Lazim
Seperti kita ketahui bahwa para ulama tajwid mencoba mempermudah kita dalam membaca al Qur’an sesuai dengan yang dicontohkna oleh Rasulullah SAW. Begitu pun dengan hukum waqaf lazim ini.
Waqaf lazim berfungsi untuk menghindarkan dari kesalahpahaman dari makna yang dikandungnya. Sesuai sengan pengertiannya yaitu harus berhenti, karena kalau dilanjutkan atau disambung dengan kata berikutnya maka akan menimbulkan ambigu atau makna ganda. Seperti yang ditulis dalam kitab Mawadhi al Qaqf al Lazim.
Contoh Waqaf Mim
Di dalam Al Qur’an terdapat banyak contoh waqaf mim. Dan disetiap cetakan atau mushaf Qur’an jumlahnya berbeda. Jadi jangan heran kalau di Al Qur’an cetakan Indonesia ada waqaf mim tapi di cetakan Madinah tidak ada.
Berikut ini contoh waqaf mim yang ada di kedua cetakan (Madinah dan Indonesia). Kami sertakan terjemah dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah memahami waqaf lazim ini.
innallāha lā yastaḥyī ay yaḍriba maṡalam mā ba'ụḍatan fa mā fauqahā, fa ammallażīna āmanụ fa ya'lamụna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa ammallażīna kafarụ fa yaqụlụna māżā arādallāhu bihāżā maṡalā, yuḍillu bihī kaṡīraw wa yahdī bihī kaṡīrā, wa mā yuḍillu bihī illal-fāsiqīn
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” [waqaf mim] Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.
zuyyina lillażīna kafarul-ḥayātud-dun-yā wa yaskharụna minallażīna āmanụ, wallażīnattaqau fauqahum yaumal-qiyāmah, wallāhu yarzuqu may yasyā`u bigairi ḥisāb
Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. [waqaf mim] Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
tilkar-rusulu faḍḍalnā ba'ḍahum 'alā ba'ḍ, min-hum mang kallamallāhu wa rafa'a ba'ḍahum darajāt, wa ātainā 'īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birụḥil-qudus, walau syā`allāhu maqtatalallażīna mim ba'dihim mim ba'di mā jā`at-humul-bayyinātu wa lākinikhtalafụ fa min-hum man āmana wa min-hum mang kafar, walau syā`allāhu maqtatalụ, wa lākinnallāha yaf'alu mā yurīd
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. [waqaf mim] Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan Kami perkuat dia dengan Rohulkudus. Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya.
laqad sami'allāhu qaulallażīna qālū innallāha faqīruw wa naḥnu agniyā`, sanaktubu mā qālụ wa qatlahumul-ambiyā`a bigairi ḥaqqiw wa naqụlu żụqụ 'ażābal-ḥarīq
Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.”[waqaf mim] Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), “Rasakanlah olehmu azab yang membakar!”
yā ahlal-kitābi lā taglụ fī dīnikum wa lā taqụlụ 'alallāhi illal-ḥaqq, innamal-masīḥu 'īsabnu maryama rasụlullāhi wa kalimatuh, alqāhā ilā maryama wa rụḥum min-hu fa āminụ billāhi wa rusulih, wa lā taqụlụ ṡalāṡah, intahụ khairal lakum, innamallāhu ilāhuw wāḥid, sub-ḥānahū ay yakụna lahụ walad, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa kafā billāhi wakīlā
Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. [waqaf mim] Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.
yā ayyuhallażīna āmanụ lā tuḥillụ sya'ā`irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa lal-qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagụna faḍlam mir rabbihim wa riḍwānā, wa iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin an ṣaddụkum 'anil-masjidil-ḥarāmi an ta'tadụ, wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). [waqaf mim] Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.
yā ayyuhallażīna āmanụ lā tattakhiżul-yahụda wan-naṣārā auliyā`, ba'ḍuhum auliyā`u ba'ḍ, wa may yatawallahum mingkum fa innahụ min-hum, innallāha lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpin(mu); [waqaf mim] mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
wa qālatil-yahụdu yadullāhi maglụlah, gullat aidīhim wa lu'inụ bimā qālụ, bal yadāhu mabsụṭatāni yunfiqu kaifa yasyā`, wa layazīdanna kaṡīram min-hum mā unzila ilaika mir rabbika ṭugyānaw wa kufrā, wa alqainā bainahumul-'adāwata wal-bagḍā`a ilā yaumil-qiyāmah, kullamā auqadụ nāral lil-ḥarbi aṭfa`ahallāhu wa yas'auna fil-arḍi fasādā, wallāhu lā yuḥibbul-mufsidīn
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu, [waqaf mim] padahal kedua tangan Allah terbuka; Dia memberi rezeki sebagaimana Dia kehendaki. Dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu pasti akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan mereka. Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. [waqaf mim] Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).
Itu tadi contoh waqaf mim atau waqaf lazim yang merupakan bagian dari tanda waqaf dalam al Quran. Mudah-mudah artikel ini bisa mempermudah dalam memahami waqaf lazim baik dari pengertian, fungsi dan juga cara membacanya.
Mengapa Memahami Waqaf Mim Sangat Penting di Era Digital?
Di era digital saat ini, kemudahan akses terhadap Al-Qur'an melalui aplikasi dan website membuat pembaca dari berbagai kalangan semakin aktif dalam tilawah. Namun, tanpa pemahaman yang baik tentang tanda-tanda waqaf, termasuk waqaf mim (waqaf lazim), pembacaan bisa keliru dari sisi makna. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda muslim untuk tidak hanya membaca tetapi juga memahami kaidah tajwid, termasuk penggunaan waqaf, agar tidak terjadi kesalahan tafsir.
Peran Waqaf Mim dalam Menjaga Kemurnian Makna Ayat
Waqaf mim bukan sekadar simbol kecil di tengah ayat, tetapi berperan besar dalam menjaga makna ayat agar tidak terdistorsi. Dalam banyak kasus, memaksakan membaca tanpa berhenti di waqaf mim bisa menimbulkan perubahan arti yang fatal. Misalnya, berhenti atau tidak berhenti pada ayat-ayat yang menjelaskan sifat Allah atau hukum-hukum tertentu bisa menyebabkan ambiguitas. Itulah sebabnya ulama sepakat bahwa waqaf mim termasuk dalam kategori waqaf lazim, yang artinya wajib berhenti dari sisi adab dan keilmuan.
Waqaf Mim dalam Pembelajaran Al-Qur'an Berbasis Teknologi
Saat ini, banyak aplikasi pembelajaran Al-Qur'an seperti Quran.com, Ayat, dan berbagai platform pembelajaran tajwid interaktif yang menandai waqaf mim secara jelas dan memberikan penjelasan penggunaannya. Ini menjadi peluang besar bagi umat Islam untuk belajar dengan lebih mudah dan terarah. Integrasi teknologi dalam pembelajaran tajwid membuka jalan baru bagi siapa saja yang ingin mendalami ilmu qira'ah tanpa harus datang langsung ke majelis taklim.
Mengamalkan Ilmu Waqaf Sebagai Bentuk Tadabbur
Dengan memahami dan mengamalkan tanda-tanda waqaf, termasuk waqaf mim, kita sebenarnya sedang melakukan tadabbur terhadap Al-Qur’an, bukan sekadar membaca secara lafziyah. Ini adalah bagian dari adab terhadap Kalamullah, yang tidak hanya menuntut kefasihan lidah, tetapi juga kedalaman pemahaman. Artikel ini tidak hanya menyajikan contoh waqaf mim, tetapi juga mengajak pembaca untuk lebih serius dalam mempelajari tajwid sebagai ilmu yang menjaga kehormatan Al-Qur’an.